Rabu, 26 Oktober 2011

Hip Hop di Kuba

Di Amerika terdapat para petani buah atau buruh garmen yang diancam atau ditekan ketika mencoba membuat serikat atau organisasi pekerja. Sebuah fenomena yang sangat wajar terjadi di teritori manapun di bagian manapun di negara-negara kapitalis baik kapitalis pusat maupun negara kapitalis pinggiran. Namun di Kuba, sebuah negara 'sosialis' segala hal di'serikat'kan. Petani, buruh, pelajar, bahkan musisi sekalipun. La asociacion Hermano Saiz, sebuah serikat musisi, dibuat untuk para musisi, penulis lagu, artis, penyayi, produser dari segala macam jenis musik mulai dari salsa, jazz, rock, klasik sampai hiphop sekalipun.

Namun hiphop adalah fenomena dimanapun ia berada. Ia terlalu kontroversial untuk sebuah masyarakat yang terlalu memuja 'nilai-nilai' dan tak siap untuk pemikiran-pemikiran baru sekalipun hal tersebut lahir akibat masyarakat itu sendiri. Ia ternyata selalu terlalu menjadi kontroversi dalam sebuah masyarakat yang percaya pada sesuatu yang absolut. Dan ini terbukti di kuba. Organisasi/serikat musisi yang difasilitasi pemerintah kuba ternyata tidak mendukung setiap aktifitas yang dilakukan. Ini terjadi setelah hiphop menunjukkan mukanya yang sebenarnya.

Setelah beberapa tahun keberadaannya di kuba, pemerintah menilai hihop terlalu subversif, terlalu ekstrim untuk dikonsumsi oleh anak muda kuba (rap di kuba sangat populer). Lirik-lirik rap kuba yang terlalu 'realistis' (meski ia tidak politis sekalipun), penggunaan kata-kata yang tabu, eksplisit, tanpa basa-basi cukup membuat pemerintah kuba dengan cepat menarik dukungannya untuk keberadaan genre musik ini. Seperti hal-hal lainnya yang bertolak belakang dengan keinginan pemerintah, hiphop pun mulai 'dilarang' atau paling tidak segala jenis aktifitas yang berhubungannya diganggu, diancam dan ditekan tak ubahnya para petani buah atau buruh garmen di Amerika.

"Lirik-lirik yang menghina aparatus negara seperti polisi bukanlah sebuah cerminan sikap seorang pemuda kuba" komentar seorang pejabat partai komunis Kuba mengenai hihop. "Tidak, tidak ada tempat bagi sebuah musik yang sebenarnya bukan musik seperti rap ini, lihat lah tidak ada bagusnya dari sebuah musik yang monoton penuh dengan umpatan tentang tololnya sistem ini, mereka sebenarnya hanya lah para pemuda yang terobsesi oleh Amerika dan mencoba menggangu revolusi kita, mereka tak ada bedanya dengan para kontra-revolusioner lainnya". Begitu sempitnya pemikiranpara politisi Kuba hingga mereka berpendapat bahwa rap adalah fenomena buatan CIA yang khusus disuntikkan kepada para pemuda Kuba dalam usaha mereka menghancurkan sosialisme yang dibangun Kuba.

Begitulah adanya, apapum yang dilakukan para hiphop di Kuba mereka tetap dicap seperti itu, bahkan untuk sebuah grup rap Guerilloz, yang memakai imej pahlawan mereka, Che Guavara, tetap dinilai sebagai berandalan yang tak mau ikut 'revolusi'. Sebuah grup yang paling sering dipojokkan, Proyecto F mendapat kecaman hebat setelah mengatakan dalam lirik lagu mereka bahwa "Demokrasi ala kuba memang sangat ironis, dan sesuatu yang ironis memerlukan kontradiksi baru".

"Memang satu sisi serikat buatan pemerintah memberikan fasilitas untuk kami seperti Festival Rap Kuba yang diadakan di Havana setiap akhir Juni tapi sisi lainnya banyak pegawai pemerintahan yang berpendapat bahwa rap adalah musik sampah yang mengganggu keberadaan revolusi Kuba dan mengkorup generasi muda Kuba" tutur Ariel fernandez Diaz, seorang jurnalis musik. "Di Kuba terdapat aritokrasi dalam musik. Rap memakai bahsa jalanan dan sering dilihat bukan sebagai musik, para rapperos bahkan sering mengatakan hal-hal yang tabu di sini meski semua orang sadar hal tersebut eksis di masyarakat, seperti rasisme dan pelarangan pemerintah yang tak masuk akal. Untuk hal itulah hihop menyebabkan ketakutan dikalangan pemerintah."

Selain itu, hal tersebut menjadikan juga kurangnya diskgrafi dalam scene hiphop di kuba. Hanya ada dua album selama kurang lebih 8 tahun keberadaan rap di Kuba, satu dari Primare Base dan satu lagi dari SBS. "Kejadian ini menyebabkan banyaknya rapper yang dikontrak perusahaan asing, dan ini suatu yang merugikan, trend bergabung ke Sony atau CBS ini akan berakhir hanya pemerintah sendiri yang tidak menyulitkan kami untuk berproduksi akan sangat sulit disini untuk membuat album bahkan untuk dirilis secara independen sendiri karena semua akses rekaman di kuasai organisasi buatan pemerintah itu." Keluh seorang rapperos, Quevo. Sejak dua tahun lalu pemerintah memang memberlakukan kebijakan baru dimana siapapun dapat bekerja sama /menandatangani kontrak dengan perusahaan asing dalam lingkup kerja sama dalam musik selama nilai tersebut sama dengan rata-rata pekerja di Kuba (-/+ 120 Dollar). Ini merupakan sebuah kegilaan, satu sisi pemerintah atas nama sosialisme menghancurkan demokrasi tapi 'sosialisme' pemerintah sendiri sisi lainnya di 'moderasi' dengan membolehkan modal asing mengeruk keuntungan dari artis rap kuba dan sang artis adalah yang paling merugi, ia tak bisa membuat sendiri albumnya dan ketika kontrak dengan label asing mereka hanya mendapatkan keuntungan sedikit, sebagian besar masuk kedalam kantong label asing tersebut, dan pemerintah Kuba berperan dalam hal ini dengan memberlakukan kebijakan '120 Dollar' itu.

Fenomena ini membuat pergerakan hiphop menjadi sesuatu yang underground. Para musisi hiphop kuba sekarang sedang dalam usaha membuat sebuah serikat independen untuk para rapperos (bahasa kuba untuk para rapper) diluar serikat buatan pemerintah. Banyak dari mereka untuk dapat membuat serikat sendiri dan serikat tersebut mereka harapkan dapat menjadi Sugar Hil* di Kuba dan dapat memfasilitasi keinginan siapapun yang terlibat dalam kultur hiphop ini. "Hiphop kuba bukan imitasi dari hiphop amerika kami memilki format sendiri yang lahir dari kultur yang berbeda dengan apa yang ada di Amerika. Kami bukan imitasi dari 'money-guns-bitches'nya gangsta rap Amerika, Kuba bukan New york ataupun South Central, LA. Kami memiliki 'beat, rhymes and life' kami sendiri" V-To, seorang DJ menjelaskan pada sebuah wawancaranya dengan MTV, sebuah jaringan televisi musik terbesar didunia yang kalian tahu siapa mereka...(Cok)

*Sebuah label independen hiphop dari New York yang legendaris, lahir sekitar akhir 70-an ketika hiphop pertama kali eksis. Label ini dibuat oleh mereka sendiri yang terlibat dalam scene hiphop ketika mainstream belum tertarik pada mereka. Walau akhirnya label ini dibeli sebuah peusahaan besar namun ia merupakan sebuah contoh self-development untuk sebuah scene.

-Big thanks to Fernandez for the report, keep the struggle my friend...

Sumber : Membakar Batas zine #1

Senin, 10 Oktober 2011

Resureksi binatang

Sesungguhnya saya tidak begitu penting untuk nulis ini, tapi karena ini blog yang nggak penting dan yang disampaikan nggak penting. Jadi penting buat kalian untuk membaca dan berpikir seberapa pentingkah pemikiran saya ini dibanding dengan berpikir cara membuka blokir nawala atas retube ahahaha. Saya ingin membahas tentang agama yang sekarang sepertinya tidak begitu penting dalam hidup dibandingkan facebook, mall, ataupun televisi. Bukannya saya sok agamis atau malah fasis, saya malah ingin membahas soal kesenjangan yang sedang keluar dari oven alias masih hot ahaha. Kata forgotten sih tuhan telah mati, tapi jangan salah persepsi tentang itu. Maksudnya dalah sekarang orang udah punya tuhan baru layak televisi dengan iklan dan agenda pembodohnya, mall dengan kemegahan yang membutakan, dan parahnya ada yang menuhankan Justin Bieber (omagot! Adik saya menyembah posternya yang berwarna ungu tiap malam jumat kliwon). Saya mau bicara bukan tentang cara peribadatan agama tetapi ajaran yang diajarkan, tentang cara beribadah atau apapun itu sudah kewajiban yang memiliki agama tak usah di perlihatkan dengan symbol atau kata yang membuat kita terlihat alim dan sudah merasa suci, itu tak menjamin surga membukakan pintu untuk kitai. Misal saya tiap hari beribadah tetapi tak peduli dengan keadaan sekitar, miskin tak mau berjuang, dijajah diam saja, tiap hari berdoa agar dijauhkan api neraka dan dan siksanya apa saya akan masuk surga? Saya juga tidak tahu ahahaha saya bukan Tuhan bro :p.
            Tapi saya lebih menekankan ke agama sebagai kontrol diri dalam hal perilaku, emosi, dan nafsu. Masalah beribadah atau enggak, mau lebih percaya alien daripadaTuhan itu persepsi masing masing hubungannya udah antaraTuhan dan hambanya, Tapi saya cuma pengen tiap orang itu terkontrol lah, bebas tanpa kontrol sih sama aja binatang , iya nggak?. Dimana orang udah nggak ada batasan untuk apapun. Kalo masih masa orde baru sih masih pada takut sama tentara dan pemerintah. Terus kalo sekarang nggak takut Tuhan, nggak takut pemerintah, nggak ada yang ditakuti terus bakal terjadi hal yang diluar kontrol.
            Agama apapun itu mengajarkan hal yang baik, nggak ada agama yang mengantarkan pada kerusakan, kecuali agama itu memang sudah di rusak (sekarang marak penghancuran image agama). Sudahlah tak perlu membahas tentang bagaimana cara terlihat suci. Sekarang yang perlu ditekankan adalah sikap hidup sadar kontrol (kontol diri secara sadar), bila ingin keadaan membaik ya buat perubahan, bila ingin suci ya nggak usah di gembor gemborkan biar Tuhan yang menilai . Masalah vital yang ada di sekitarku, sebenarnya saya malas membicarakan agama yang notabene HAK individu, tetapi saya cuma mau menekankan kalau agama itu bisa mengontrol diri dari tindakan bodoh dan merugikan orang lain dan kita. Karl marx bilang kalo manusia yang menciptakan agama bukan agama yang menciptakan manusia, tetapi menurut saya manusia yang perlu agama bukan Tuhan. Sudahlah apapun agamanya yang penting positif, pesan saya buka mata, buka pikiran, buka telinga, banyak membaca, hindari pemikiran fasis, dengarkan musik yang cerdas, kontrol diri, berpikir positif, lakukan perubahan, jaga teman temanmu dan keluargamu. Jangan sampai title entri ini terwujud yaitu terciptanya kehidupan ortodok “resureksi binatang”. Salam :)