Sabtu, 13 Agustus 2011

goresan lama dari buku #1 (28-07-11)

     Selalu teresit di tiap pagiku, kusampaikan selamat pada yang berada di luar jangkauanku dan kontrolku. Munkin memang benar bila aku kalah telak dalam peperangan, dengan tembakan di kepala mungkin tak terasa. Tetapi lebih dari itu, sejarah mencatat dengan rapi. Resmi di eksekusi mati dengan alasan yang aku bisa mengerti dengan ribuan kanon yang langsung pada nadiku. Membangunkan jalan jantung menjadi berlari dan menuju otak bertahan dengan ribuan kata aku akan tetap hidup, tetapi aku telah benar benar kehilangan apa yang merasa aku bangun degan tanganku, dengan otakku. 
     Melihatnya dihancur bukanlah apa yang ku inginkan, benar benar di luar jangkauanku. Saat hujan menghujam deras menunjukkan marahnya dan membanjiri otakku dengan beribu pertannyaan dan proses yang tak akan terulang. Proses penuh ekpresi, radiasi, dan sonar. Menjanjikan apa yang desebut harapan adalah sebuah hal ytang kupegang hingga setiap aku duduk menyudut aku melihat harapan yang terucap dan kupegang erat.Tiap kali tersenyum menebar cahaya yang membuka mataku pada sudut yang gelap.
     Tetapi saat aku terbangun dari tidurku, kulihat harapan itu berceceran dan tak lagi semerbak cahaya ada di sekelilingnya, mulai ku mengais tiap tumpahannya tetapi apa guna, gaya gravitasi tak lagi berfungsi dan semua mengambang terbang menghilang lagi lagi semua diluar jangkauan ku. Akupun diterbangkannya jauh dari peradaban, disinilah aku. Menajak bicara lubang pintu tanpa satu jawab membuka, dan akhirnya aku kembali pada selimutku, asalku dimana aku, dan kembali sepiku.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar