Senin, 10 Desember 2012

sambat meneh

     Hari berlalu dengan segala lalu lalang, mempunyai hobi baru yaitu membaca novel. Kenapa nggak dari dulu saya bertemu dengan komplesifitas yang cerdas itu? hari ini saya disibukkan dengan pekerjaan yang tak laju nyaman. Kemarin menyelesaikan perahu kertas yang sangat segar di awal tetapi kok terasa ngepop banget di akhirnya tapi itu tak mengurangi intensitas keseluruhan asik. Lalu menuju karya Tere liye, Daun Yang Jatuh Takpernah Membenci Angin, cukup menginspirasi dan menemukan kosa kata baru untuk ditelan dan di ekskresikan pada bait bait usang. Apa kabar kalian dengan rutinitas masing masing? sudah menemukan cara hidup yang terasa kamu banget? saya menemukan cara hidup baru memang atau lebih tepatnya dituntut mengikuti alur hidup karena kehidupan yang saya jalani sekarang tak jauh dari tuntutan. Buruh desainer grafis ecek ecek yang sok profesional berlari terengah engah dipaksa menelan mentah hari. Aku lebih sering menyendiri sekarang, entah kenapa aku sangat lelah dengan segala hiruk pikuk sosial yang kadang terasa membatasi eksplorasiku. Kadang merasa ini bukan hidupku, tapi apa yang bisa ku tuntut? kadang terasa ingin menangis. Tak kunjung juga kulepas karena untuk apa juga, aku malah berbalik tertawa dan memikirkan hal semenarik mungkin untuk melepas kepenatan yang benar benar terasa mencekik.

     Sekarang aku sedang giat giatnya menggambar, entah mengapa aku berharap sekali pada keinginanku untuk profesional dalam bidang illustrasi, tapi itulah masalah dimana kamu dituntut 8 jam memeras tenaga dan sesampainya dirumah setelah menatap monitor seharian harus meneruskan gambar pointilis berukuran A3 yang menagih goresan terakhir. Ah, hari banyak berubah. Aku serasa ingin sekali menuntut bangku kuliah. Mengisi waktu luang yang tanpa tuntutan harian, ber eksplorasi dengan mimpi dan harapan yang menjadi alasan untuk tetap hidup selain aspek Tuhan, keluarga, dan teman. Umur menagih untuk diberi jejak, sejarah hidupku tak merubah apapun selain coretan coretan gelisah pada tembok kota yang idealis setengah mati hingga membuat orang lain tak nyaman dan aku tak peduli.

     Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, hampir satu jam aku duduk di bilik nomor 4 warnet terdekat dari rumah, sebenarnya ingin naik sepeda tapi entah mengapa ingin berjalan saja. Sambil memikirkan apa yang harus dilakukan. seperti biasa, mencari inspirasi untuk diterapkan pada lembar kosong dirumah dan sedikit membaca tulisan blog atau apapaun. Hari memang berjalan normal. Setidaknya itu yang aku jaga agar tetap melekat dikepala. Agar aku tak melulu menerapkan anarkisme dalam setiap rongga hidup yang kadang tak dapat diterima masyarakat. Rutinitas rutinitas, suatu saat kau akan padam bersama mimpi mimpi yang tertunda. Menagih lipatan harapan yang terselip di langkah harian yang terseok. Kau akan baik saja esok, walau bukan hari ini, jaga saja persepsi ini hangat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar