Kemarin tepatnya tanggal 22 September, hari Sabtu yang menggeapkan usiaku menjadi 19 tahun yang luar biasa dan misterius. -end
Minggu, 23 September 2012
Selasa, 18 September 2012
hidup adalah pertanyaan dan jawaban
Berbicara mengenai hidup pasti setiap orang mempunyai cara pandang mereka mengenai apa itu hidup, tujuan, dan bagaimana cara hidup. Aku ingin menyampaikan opini bagaimana hidupku tersusun atas pertanyaan dan jawaban yang mengiringi proses dari kosong hingga berisi. Akhir akhir ini baru saja aku sadari jika sejak dulu pagiku hampir selalu diawali oleh pertanyaan, entah bagaimana bertahan dengan alskfnalifpaiwnfapiwnfpansflasknfdoajsjwrbapoifnalskn sisa untuk esok -bersambung
narsis nan anonimus
Sabtu, 08 September 2012
Eksplorasi Masa Emas dan Pemandulan Bibit Via Layar Kaca
Senang melihat teman teman bercerita tentang bagaimana kegiatan ospek dan prospek. Memasuki jenjang yang lebih tinggi dalam eksplorasi nilai logika dan kewarasan. Kesempatan yang tentunya tak dicicipi semua orang. Mungkin aku juga termasuk dalam kategori yang harus menunggu ataupun, ya sebut saja menungu untuk mendapatkan bangku perkuliahan. Aku selalu diberi pertanyaan yang standar, "apa kalo kuliah itu pasti mendapat pekerjaan bagus? toh banyak yang nganggur setelah lulus". Ya bila dipikir kembali apa semua orang mendapat kesempatan yang sama, apa semua orang harus sukses setelah kuliah? sangat standar karena satu banding seribu itu bagian dari hidup. Kita hanya berusaha, sepertinya mindset disini juga sudah terlalu usang untuk diajukan ke pasar bebas. Sekolah itu hakikatnya untuk menimba ilmu bukan mendapat ijazah! toh beli aja ijazah bisa, dan setelah itu jadi DPR pake duit juga dan setelah itu mikir buat balik modal. Dan kebasian ini telah sampai pada masa akut hingga semua orientasi masyarakat beranjak ke "uang". Masyarakat yang saling peduli lama lama habis, mati satu persatu dibunuh ambisinya untuk mendapat pangkat milyoner.
Aku hanya ingin mendapatkan kompetensi lebih dari hari ini, entah perlu atau tidak bangku perguruan tinggi aku harus memperluas diri dari sistem sekat ini, belajar sudah dikomersilkan juga. Sangat membingungkan untukku hari hari ini, kegelisahan ini juga tidak penting. Opini loakan yang basi.
Mengulas tentang kebasian yang tiada habisnya, bagi orang yang benar benar diberi kesempatan lebih untuk tau, mereka akan miris ketimbang terhibur melihat hiburan yang ditawakan lewat layar kaca. Bagaimana tidak, siapa yang tertarik menonton berita dan membuka mata ketimbang menyaksikan acara lipsing loakan dan budaya pop yang ditawakan berlanjut konsumtif dan mati tak menyisakan apapun kecuali sistem yang korup dan strata yang semakin nyata.
Ah, sudahlah memikirkan bagaimana hari ini berlangsung adalah sama membosankannya pidato kepresidenan. Selalu sama dan tak menjanjikan sesuatu yang nyata. Berdampak pada psikis saja bukan jadi pro malah tambah skeptis sampai ke tulang.
Akhirul kalam, pejuangkanlah apa yang kamu percaya dan poles saja apa yang perlu dipoles. Jangan berhenti belajar dan baca apapun, baca buku, baca situasi. Toh jika kita memang bagian dari kerak neraka kelak kita tak diberi kesempatan berkutik dari kegilaan ini, selamat hari Minggu semoga tetap diberi kewarasan dalam menjalani hari hari :)
Cara hidup baru, atau memaksa memperbarui hidup
Sekian lama tak menyentuh blog usang dengan berbagai tetek bengek tak penting ini, tapi hasrat dan tumpukan sampah yang kucerna setiap hari mengajakku kembali menanam kalimat disini. Output oral sepertinya terlalu absurd jika di dengar khalayak umum, mungkin kalo sudah terkonvert menjadi tulisan mungkin akan lebih bisa dikunyah *kaya ada yang mau baca aja ahaha.
Sekarang hari hariku banyak disibukkan bekerja, bekerja, dan bekerja. Setelah lulus dari sekolah seni militer kemarin aku melamar di sebuah advertising yang sisarankan teman dan salahsatu guru di sekolah. Mempersiapkan CV, contoh karya dan wawancara bla bla bla akhirnya aku dan Wirtod teman satu kelasku diterima sebagai seorang desainer grafis. Hari hari berjalan dengan penuh keluh kesah atas berbagai tekanan yang diberikan. Ya kami menyadari itulah konsekuensi bekerja, apalagi dalam desain grafis berkejaran dengan deadline adalah bak camilan yang basi. Sudah nggak enak tapi tetep aja harus dimakan ahaha.
Sekarang udah jalan empat bulan dan aku masih erasa ada yang hilang dalam keseharian yang biasanya aku jalani, tiap senjaku aku selalu betanya dimana waktu menggambarku? dimana waktu membacaku? dimana waktu bermain dan mencerna berbagai macam kebasian hari? ah sungguh bodoh bila aku masih menuntut hari hari yang sama seperti dulu, konsekuensi, tantangan, pendewasaan, manajemen seperti waktu 24 jam itu tidak cukup.
Ini benar benar tidak penting, aku bahkan masih berfikir lima tahun kedepan seperti hari hariku berprogres pasti saja, sewaktu aku kecil dulu aku berani mau jadi pilot, dokter atau ninja. Tapi hari ini membicarakan esok saja gagap. Persepsi yang kubangun untuk tetap hidup dan berani bangun dari tidur dan bergegas menelan detik baru. Membiasakan hariku penuh sensasi agar tak bosannya menjalar, kadang menatap matahari sore adalah hal paling menyenangkan tiap harinya. Aku juga sangat menyukai aroma hujan dan menunggunya mereda. Tapi aku benci berkutat dengan beceknya, tapi itulah keseimbangan. Aku ingin menjadi apa yang kupercaya itu adalah diriku, aku tak ingin terjebak dalam mimpi orang lain.
Waktu berjalan semakin cepat, sementara pencapaian terus menagih janji agar dihidupi. Tapi apapun aku hanyalah orang biasa, yang berpikir sama seperti kebanyakan orang, berkemampuan sama seperti kebanyakan orang, banyak ancaman untuk tetap menjadi biasa disini. Diluar sana memang banyak menawarkan pilihan, tapi kembali pada konsekuensi hidup. Putaran pasti 360 derajat adalah keabsolutan.
Aku tidak harus kehilangan yang aku percaya jika tak ada keraguan padanya, semoga pembiasaan diri ini menjadi bekal untuk menata hidup kedepan, aku tak berharap banyak dari hari hari ini, aku juga mulain menyadari hakikat penciptaan dan hak Tuhan menagih kewajibanku dalam kefanaan ini.
Mungkin ini cara hidup yang memaksaku untuk memperbarui tiap elemennya, ya itulah hakikat pertambahan. Paling tidak fodasi ini tetap mencengkeram kuat.
Langganan:
Komentar (Atom)
