Sekian lama tak menyentuh blog usang dengan berbagai tetek bengek tak penting ini, tapi hasrat dan tumpukan sampah yang kucerna setiap hari mengajakku kembali menanam kalimat disini. Output oral sepertinya terlalu absurd jika di dengar khalayak umum, mungkin kalo sudah terkonvert menjadi tulisan mungkin akan lebih bisa dikunyah *kaya ada yang mau baca aja ahaha.
Sekarang hari hariku banyak disibukkan bekerja, bekerja, dan bekerja. Setelah lulus dari sekolah seni militer kemarin aku melamar di sebuah advertising yang sisarankan teman dan salahsatu guru di sekolah. Mempersiapkan CV, contoh karya dan wawancara bla bla bla akhirnya aku dan Wirtod teman satu kelasku diterima sebagai seorang desainer grafis. Hari hari berjalan dengan penuh keluh kesah atas berbagai tekanan yang diberikan. Ya kami menyadari itulah konsekuensi bekerja, apalagi dalam desain grafis berkejaran dengan deadline adalah bak camilan yang basi. Sudah nggak enak tapi tetep aja harus dimakan ahaha.
Sekarang udah jalan empat bulan dan aku masih erasa ada yang hilang dalam keseharian yang biasanya aku jalani, tiap senjaku aku selalu betanya dimana waktu menggambarku? dimana waktu membacaku? dimana waktu bermain dan mencerna berbagai macam kebasian hari? ah sungguh bodoh bila aku masih menuntut hari hari yang sama seperti dulu, konsekuensi, tantangan, pendewasaan, manajemen seperti waktu 24 jam itu tidak cukup.
Ini benar benar tidak penting, aku bahkan masih berfikir lima tahun kedepan seperti hari hariku berprogres pasti saja, sewaktu aku kecil dulu aku berani mau jadi pilot, dokter atau ninja. Tapi hari ini membicarakan esok saja gagap. Persepsi yang kubangun untuk tetap hidup dan berani bangun dari tidur dan bergegas menelan detik baru. Membiasakan hariku penuh sensasi agar tak bosannya menjalar, kadang menatap matahari sore adalah hal paling menyenangkan tiap harinya. Aku juga sangat menyukai aroma hujan dan menunggunya mereda. Tapi aku benci berkutat dengan beceknya, tapi itulah keseimbangan. Aku ingin menjadi apa yang kupercaya itu adalah diriku, aku tak ingin terjebak dalam mimpi orang lain.
Waktu berjalan semakin cepat, sementara pencapaian terus menagih janji agar dihidupi. Tapi apapun aku hanyalah orang biasa, yang berpikir sama seperti kebanyakan orang, berkemampuan sama seperti kebanyakan orang, banyak ancaman untuk tetap menjadi biasa disini. Diluar sana memang banyak menawarkan pilihan, tapi kembali pada konsekuensi hidup. Putaran pasti 360 derajat adalah keabsolutan.
Aku tidak harus kehilangan yang aku percaya jika tak ada keraguan padanya, semoga pembiasaan diri ini menjadi bekal untuk menata hidup kedepan, aku tak berharap banyak dari hari hari ini, aku juga mulain menyadari hakikat penciptaan dan hak Tuhan menagih kewajibanku dalam kefanaan ini.
Mungkin ini cara hidup yang memaksaku untuk memperbarui tiap elemennya, ya itulah hakikat pertambahan. Paling tidak fodasi ini tetap mencengkeram kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar