Minggu, senin, Selasa. Resah yang kuredam kambuh lagi. Masih mengenai mimpi mimpi yang menagih janji untuk direalisasi. Posisiku sekarang adalah terjebak dalam perusahaan berkembang (yang dulu pernah besar, konon) dengan manajemen yang mengharuskan kami memanage pekerjaan dalam berbagai bidang. Misal saja, saja saya yang konon juga dilantik sebagai desainer grafis harus mencatat buku keuangan, menghafal komponen komputer eceran, terjebak dalam perhitungan multi level marketing yang sangat saya benci, dan gaji dibawah UMR mungkin karena saya baru lulusan SMK kemarin sore kali ya. Tapi saya merasa belum siap dengan beban mental seperti ini, dibilang dari profesionalitas masih jauh lah. Semua orang membujuk saya untuk keluar, ya. Siapa yang tak ingin lepas dari? Kita semua tentu benci diatur, apalagi dengan paham paham kebebasan yang kalian baca lewat zine, blog, newsletter. Semuanya terasa hambar saat menghadapi apa itu realitas. Saya merasa proletarian dunia keriga seperti saya yang tidak punya cukup uang untuk membeli status eskapisme(kuliah) itu entah dalam posisi yang diuntungkan atau dirugikan saya juga masih bingung dengan pemikiran itu.
Aku merasa dibeli, ini bukan diriku yang bernafas dengan sempurna, aku diatur dan di deadline. pakah inirealitas, atau sistem yang harus dilawan. Atau yang kita risaukan adalah realitas itu sendiri
dan apakah melawan realitas itu adalah hidup dalam dunia yang tidak realistis. Sangat tidak realistis lagi bila saya memeras orang tua saya untuk membelikan predikat mahasiswa untukku. Apa mimpi yang besar juga harus diawali dengan modal yang besar pula, cih. Manusia manusia tak pernah memaknai hidup. Tapi aku juga takkan mengemis kehidupan yang layak dari sistem dan parlemen pembuat undang undang tai itu. Biar mereka bertingkah seperti hewan, kami memang tak punya kekuatan hari ini. Tapi aku tak hidup untuk hari ini. Ini bukan hidupku. Ini hidup milik Tuhan.
Aku kelelahan sepertinya, kantung mataku tak juga membengkak. Tapi terlihat memekat. Hitam. Mungkin karena keras kepalaan ini yang menyokong hari agar tetap waras menurutku, dan apalah konsep waras. Orang orang ingin hidup normal, apakah konsep normal itu?. mapan, apa barometernya? sistem ini memuakkan, tapi banyak orang yang tak mau tau. Tapi apalah gunanya bila tau tapi terjebak dalam sistem itu? seperti posisiku sekarang. Seperti mengunyah tai rasanya. Kau tau kalau tidak enak, tapi bagaimana lagi. Aku bukan orang yang hidup dari keluarga yang cukup, memberontak malah tak ada perbaikan ekonom esok.
Mungkin aku tak perlu terburu buru meledak dan menghancurkan diriku sendiri, tunggu beberapa momen lagi. Tuhan pasti punya rencana. Aku tau aku sedang dalam kondisi stess sekarang. Aku hanya butuh teman untuk bercerita. Dikala keluargaku tidak sepemikiran, merekan pikir kerja ya seperti ini. Aku tau konsekwensinya, tapi aku merasa belum ada yang bisa meredam kekompleks an ini. Pecundang memang, tapi paling tidak aku masih menyelipkan mimpiku pada sela sela realitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar