Senin, 10 Desember 2012

sambat meneh

     Hari berlalu dengan segala lalu lalang, mempunyai hobi baru yaitu membaca novel. Kenapa nggak dari dulu saya bertemu dengan komplesifitas yang cerdas itu? hari ini saya disibukkan dengan pekerjaan yang tak laju nyaman. Kemarin menyelesaikan perahu kertas yang sangat segar di awal tetapi kok terasa ngepop banget di akhirnya tapi itu tak mengurangi intensitas keseluruhan asik. Lalu menuju karya Tere liye, Daun Yang Jatuh Takpernah Membenci Angin, cukup menginspirasi dan menemukan kosa kata baru untuk ditelan dan di ekskresikan pada bait bait usang. Apa kabar kalian dengan rutinitas masing masing? sudah menemukan cara hidup yang terasa kamu banget? saya menemukan cara hidup baru memang atau lebih tepatnya dituntut mengikuti alur hidup karena kehidupan yang saya jalani sekarang tak jauh dari tuntutan. Buruh desainer grafis ecek ecek yang sok profesional berlari terengah engah dipaksa menelan mentah hari. Aku lebih sering menyendiri sekarang, entah kenapa aku sangat lelah dengan segala hiruk pikuk sosial yang kadang terasa membatasi eksplorasiku. Kadang merasa ini bukan hidupku, tapi apa yang bisa ku tuntut? kadang terasa ingin menangis. Tak kunjung juga kulepas karena untuk apa juga, aku malah berbalik tertawa dan memikirkan hal semenarik mungkin untuk melepas kepenatan yang benar benar terasa mencekik.

     Sekarang aku sedang giat giatnya menggambar, entah mengapa aku berharap sekali pada keinginanku untuk profesional dalam bidang illustrasi, tapi itulah masalah dimana kamu dituntut 8 jam memeras tenaga dan sesampainya dirumah setelah menatap monitor seharian harus meneruskan gambar pointilis berukuran A3 yang menagih goresan terakhir. Ah, hari banyak berubah. Aku serasa ingin sekali menuntut bangku kuliah. Mengisi waktu luang yang tanpa tuntutan harian, ber eksplorasi dengan mimpi dan harapan yang menjadi alasan untuk tetap hidup selain aspek Tuhan, keluarga, dan teman. Umur menagih untuk diberi jejak, sejarah hidupku tak merubah apapun selain coretan coretan gelisah pada tembok kota yang idealis setengah mati hingga membuat orang lain tak nyaman dan aku tak peduli.

     Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, hampir satu jam aku duduk di bilik nomor 4 warnet terdekat dari rumah, sebenarnya ingin naik sepeda tapi entah mengapa ingin berjalan saja. Sambil memikirkan apa yang harus dilakukan. seperti biasa, mencari inspirasi untuk diterapkan pada lembar kosong dirumah dan sedikit membaca tulisan blog atau apapaun. Hari memang berjalan normal. Setidaknya itu yang aku jaga agar tetap melekat dikepala. Agar aku tak melulu menerapkan anarkisme dalam setiap rongga hidup yang kadang tak dapat diterima masyarakat. Rutinitas rutinitas, suatu saat kau akan padam bersama mimpi mimpi yang tertunda. Menagih lipatan harapan yang terselip di langkah harian yang terseok. Kau akan baik saja esok, walau bukan hari ini, jaga saja persepsi ini hangat :)

Minggu, 23 September 2012

19

     Kemarin tepatnya tanggal 22 September, hari Sabtu yang menggeapkan usiaku menjadi 19 tahun yang luar biasa dan misterius. -end

Selasa, 18 September 2012

hidup adalah pertanyaan dan jawaban

     Berbicara mengenai hidup pasti setiap orang mempunyai cara pandang mereka mengenai apa itu hidup, tujuan, dan bagaimana cara hidup. Aku ingin menyampaikan opini bagaimana hidupku tersusun atas pertanyaan dan jawaban yang mengiringi proses dari kosong hingga berisi. Akhir akhir ini baru saja aku sadari jika sejak dulu pagiku hampir selalu diawali oleh pertanyaan, entah bagaimana bertahan dengan alskfnalifpaiwnfapiwnfpansflasknfdoajsjwrbapoifnalskn sisa untuk esok -bersambung

narsis nan anonimus

Intermezo untuk mengisi yang kosong dan mengkosongkan yang sudah selayaknya kosong. Blog berisi kumpulan gambar yang saya buat dengan sepenuh hati lhooo, saya perkenalkan untuk semua :) -cultfang.blogspot.com


Sabtu, 08 September 2012

Eksplorasi Masa Emas dan Pemandulan Bibit Via Layar Kaca

     Senang melihat teman teman bercerita tentang bagaimana kegiatan ospek dan prospek. Memasuki jenjang yang lebih tinggi dalam eksplorasi nilai logika dan kewarasan. Kesempatan yang tentunya tak dicicipi semua orang. Mungkin aku juga termasuk dalam kategori yang harus menunggu ataupun, ya sebut saja menungu untuk mendapatkan bangku perkuliahan. Aku selalu diberi pertanyaan yang standar, "apa kalo kuliah itu pasti mendapat pekerjaan bagus? toh banyak yang nganggur setelah lulus". Ya bila dipikir kembali apa semua orang mendapat kesempatan yang sama, apa semua orang harus sukses setelah kuliah? sangat standar karena satu banding seribu itu bagian dari hidup. Kita hanya berusaha, sepertinya mindset disini juga sudah terlalu usang untuk diajukan ke pasar bebas. Sekolah itu hakikatnya untuk menimba ilmu bukan mendapat ijazah! toh beli aja ijazah bisa, dan setelah itu jadi DPR pake duit juga dan setelah itu mikir buat balik modal. Dan kebasian ini telah sampai pada masa akut hingga semua orientasi masyarakat beranjak ke "uang". Masyarakat yang saling peduli lama lama habis, mati satu persatu dibunuh ambisinya untuk mendapat pangkat milyoner.
    Aku hanya ingin mendapatkan kompetensi lebih dari hari ini, entah perlu atau tidak bangku perguruan tinggi aku harus memperluas diri dari sistem sekat ini, belajar sudah dikomersilkan juga. Sangat membingungkan untukku hari hari ini, kegelisahan ini juga tidak penting. Opini loakan yang basi.
Mengulas tentang kebasian yang tiada habisnya, bagi orang yang benar benar diberi kesempatan lebih untuk tau, mereka akan miris ketimbang terhibur melihat hiburan yang ditawakan lewat layar kaca. Bagaimana tidak, siapa yang tertarik menonton berita dan membuka mata ketimbang menyaksikan acara lipsing loakan dan budaya pop yang ditawakan berlanjut konsumtif dan mati tak menyisakan apapun kecuali sistem yang korup dan strata yang semakin nyata.
    Ah, sudahlah memikirkan bagaimana hari ini berlangsung adalah sama membosankannya pidato kepresidenan. Selalu sama dan tak menjanjikan sesuatu yang nyata. Berdampak pada psikis saja bukan jadi pro malah tambah skeptis sampai ke tulang.
     Akhirul kalam, pejuangkanlah apa yang kamu percaya dan poles saja apa yang perlu dipoles. Jangan berhenti belajar dan baca apapun, baca buku, baca situasi. Toh jika kita memang bagian dari kerak neraka kelak kita tak diberi kesempatan berkutik dari kegilaan ini, selamat hari Minggu semoga tetap diberi kewarasan dalam menjalani hari hari :)

Cara hidup baru, atau memaksa memperbarui hidup

    Sekian lama tak menyentuh blog usang dengan berbagai tetek bengek tak penting ini, tapi hasrat dan tumpukan sampah yang kucerna setiap hari mengajakku kembali menanam kalimat disini. Output oral sepertinya terlalu absurd jika di dengar khalayak umum, mungkin kalo sudah terkonvert menjadi tulisan mungkin akan lebih bisa dikunyah *kaya ada yang mau baca aja ahaha.
    Sekarang hari hariku banyak disibukkan bekerja, bekerja, dan bekerja. Setelah lulus dari sekolah seni militer kemarin aku melamar di sebuah advertising yang sisarankan teman dan salahsatu guru di sekolah. Mempersiapkan CV, contoh karya dan wawancara bla bla bla akhirnya aku dan Wirtod teman satu kelasku diterima sebagai seorang desainer grafis. Hari hari berjalan dengan penuh keluh kesah atas berbagai tekanan yang diberikan. Ya kami menyadari itulah konsekuensi bekerja, apalagi dalam desain grafis berkejaran dengan deadline adalah bak camilan yang basi. Sudah nggak enak tapi tetep aja harus dimakan ahaha. 
     Sekarang udah jalan empat bulan dan aku masih erasa ada yang hilang dalam keseharian yang biasanya aku jalani, tiap senjaku aku selalu betanya dimana waktu menggambarku? dimana waktu membacaku? dimana waktu bermain dan mencerna berbagai macam kebasian hari? ah sungguh bodoh bila aku masih menuntut hari hari yang sama seperti dulu, konsekuensi, tantangan, pendewasaan, manajemen seperti waktu 24 jam itu tidak cukup. 
    Ini benar benar tidak penting, aku bahkan masih berfikir lima tahun kedepan seperti hari hariku berprogres pasti saja, sewaktu aku kecil dulu aku berani mau jadi pilot, dokter atau ninja. Tapi hari ini membicarakan esok saja gagap. Persepsi yang kubangun untuk tetap hidup dan berani bangun dari tidur dan bergegas menelan detik baru. Membiasakan hariku penuh sensasi agar tak bosannya menjalar, kadang menatap matahari sore adalah hal paling menyenangkan tiap harinya. Aku juga sangat menyukai aroma hujan dan menunggunya mereda. Tapi aku benci berkutat dengan beceknya, tapi itulah keseimbangan. Aku ingin menjadi apa yang kupercaya itu adalah diriku, aku tak ingin terjebak dalam mimpi orang lain. 
    Waktu berjalan semakin cepat, sementara pencapaian terus menagih janji agar dihidupi. Tapi apapun aku hanyalah orang biasa, yang berpikir sama seperti kebanyakan orang, berkemampuan sama seperti kebanyakan orang, banyak ancaman untuk tetap menjadi biasa disini. Diluar sana memang banyak menawarkan pilihan, tapi kembali pada konsekuensi hidup. Putaran pasti 360 derajat adalah keabsolutan.
Aku tidak harus kehilangan yang aku percaya jika tak ada keraguan padanya, semoga pembiasaan diri ini menjadi bekal untuk menata hidup kedepan, aku tak berharap banyak dari hari hari ini, aku juga mulain menyadari hakikat penciptaan dan hak Tuhan menagih kewajibanku dalam kefanaan ini.

    Mungkin ini cara hidup yang memaksaku untuk memperbarui tiap elemennya, ya itulah hakikat pertambahan. Paling tidak fodasi ini tetap mencengkeram kuat.

Rabu, 11 April 2012

absurd mimpi lesu hari dan meniti gelisah

      Oke, mulai dari mana ya, lupa agenda ahahaha. Emm, bulan ini adalah bulan yang baik, secara aku selalu merasa baik apapun itu. Persepsi masa, riuh teriak semena, tepuk tangan jemari yang luka. Ah, apapun lah. Semua telah dirancang sedemikian canggih sehingga terkaanku hanyalah judi yang kalah telak. Ujian Akhir Nasional akan dilakasanakan pada tanggal 16 April esok, sedangkan persiapanku hanya sampai aku merasa cukup, padahal cukup menurut takarku tak jauh dari kata asal terobos gas pol. Cerdas tidak, niat pun nggantung, tapi gimana lagi namanya masalah kalo ditinggal lari juga entar ketemunya sama, udah capek kena gaplok pula. Tapi semakin deket kok semakin penat, lesu hari, gelisah beterbaran. Apapun lah, aku tak butuh keluh yang kutebar dan kuhirup sendiri, face to face to life. its real life anjing! ahahahaha

Rabu, 14 Maret 2012

banyak yang bertambah, banyak yang berkurang semua berjalan sesuai masa

         Teringan statement sebelum tidur yang saya coretkan di tembok kamar, seperti yang tertera pada judul diatas. Saya menemukan hari baru dan hari yang terlewat, menemukan teman baru dan teman yang terlewat, menemukan cara hidup baru dan cara hidup yang terlewat, menemukan cara pikir baru dan usang itu adalah sebuah proses mutlak yang semua orang pasti menelan baik matang atau mentah. Mengambil setiap sisi baik ban buruk. Sesuatu yang membingungkan dalam perjalanan yang terasa semakin jenuh karena topeng yang lekat mulai mengelupas, teringat masa yang lalu dan menerka masa yang datang. Menjadi tuhan untuk diri sendiri, menjalin hubungan dengan rasa penat yang membosankan. waw, hari memang tak bisa ditebak, otak juga tak bisa dipenjarakan. Sementara hasrat dipendam dirintang ekonomi yang tak kunjung membaik. Semoga esok adalah bagian dari kami untuk menggerogoti, bukan lagi di injak. Amin :)

Minggu, 19 Februari 2012

PROVOKEmagz vs Ryan Pelor a.k.a Dj Abidin a.k.a Ustad Murtad

-->
                Ada  saat dimana kamu menemukan hal yang nggak kamu duga bakal ketemu di tempat yang kamu nggak kenal sama sekali sebelumnya. Inilah  pencerahan dari tempat jualan buku di sekitar jalan gondomanan Yogyakarta yang notabene jarang anak muda yang mau dating ke tempat layak itu. Mereka memilih ke Gramedia atau tempat yang bias dibilang layak. Karena bagi kami tempat yang mereka anggap layak itu adalah tempat yang tak layak untuk kami berhubung dengan harga yang tak bias kami jangkau ahaha. Emm sebenernya ini adalah majalah “PROVOKE” yang terbit di Jakarta tahun 2007 silam, tapi entah kok bias sampai Jogja dengan beberapa edisi yang acak saya beli dengan harga seribu rupiah per buku sepertinya sangat sangat murah dibanding dengan muatan buku tersebut. Salah satu halaman yang sangat ingin saya muat dan baru sempat menuliskan sekarang, Ryan pelor pada saat masih menjabat di Riot On Air di eksekusi oleh “PROVOKE” (edisi 14) 2 Desember 2007 yang mengambil tema pahlawan here we goo...

“Awalnya Gue Seorang Nerd…”
Inilah, Riann Pelor.. a.k.a Dj Abidin (Arak dan Bir Dingin) a.k.a Ustad Murtad yang saudaraku...bisa kita bilang sebagai pahlawan dari hampir setiap gig-gig indie yang selalu kita perjuangkan itu, serta juga MC Riot on Air yang menyelamatkan malam-malam kamis durjana lo tentunya. Lalu, apa konsepsi beliau ini tentang segala macam urusan kepahlawanan?

P!: menurut lo, apa yang bikin seseorang dibilang pahlawan?
Sebenernya konsep pahlawan itu dibikin sama orang lain. Konsep itu muncul karena adanya konsepsi seseorang terhadap orang lain,  yang mungkin sebenernya ngerasa dirinya sendiri biasa-biasa aja, tapi dianggap orang lain… luar biasa. Lo menganggap orang lain itu pahlawan karena dia bisa ngelakuin hal yang nggak bisa lo lakuin. Sebebernya sih gue termasuk orang yang anti hero, nggak menganggap itu ada, Karen pahlawan bakalan mati, tapi yang terus hidup adalah semangatnya. Semua orang bisa jadi pahlawan. Yang penting tuh bukan gimana ngebuat orang lain ngerasa kita pahlawan, tapi jadi pahlawan buat diri kita sendiri.

P!: Lo punya childhood hero ngak?
Tiger Joe, karena dia nggak jelas hahaha.. gue suka orang yang berada di batas antara protagonis dan antagonis,menurut gue di dunia itu emang kayak gitu, itu hal yang paling realistis, gue paling seneng jagoan yang ada di sisi gelapnya. Childhood gue juga adalah bokap, dia tentara yang keras, tapi di suatu sisi dia tetap membiarkan gue menjalankan apa yang gue mau, walaupun dia selalu mempertanyakan dan minta gue buktiin buktiin buktiin! Dan itu menjadi prinsip gue bahwa apa yang lo lakuin adalah untuk diri lo dank arena diri lo, soalya ini adalah hidup losendiri yang jalanin. Dengan bisa bgebuktiin, lo bertanggung jawab sama diri lo sendiri, sama perjuangan lo dan sama apa yang lo percaya…

P!: Dari lo masih kecil ada gak yang terus lo perjuangkan sampe sekarang?
Yang masih gue perjuangin sampe sekarang ya.. gimana caranya untuk being myself. Itu yang selalu gue perjuangan dari dulu sampe kemudian mesti bertikai sama keluarga segala.

P!: Being yourself itu konkretnya kayak gimana?
Hmm gini.. gue banyak banget berubah  terutama karena musil seagai subkultur, bukan music sebagai sesuatu yang gue dengerin doing. Waktu gue berubah jadi dengerin punk, hidup gue berubah total. The whole idea dibalik punk itu ngerubah gue, dengan segala macem konsep anti kemapanannya, stylenya dan segala macem idealismenya. Awalnya tuh gue nerd..gue ketua kelas, dapet ranking satu segala macem. Nah ketika gue ketemu punk, konsepsi gue ngeliat sekeliling gue jadi berubah, dan gue mutusin ini yang mau gue jalanin. Waktu itu ampe berantem segala ama keluarga. Tapi akhirnya karena gue terus percaya sama itu dan gue perjuangin kecintaan gue itu, akhirnya sekarang pun gue bisa hidup dengan itu.

P!: Lo percaya kalo ‘musik’ bener-bener bisa ngerubah sesuatu yang terjadi di sekeliling kita?
Bener. Hmm tapi kalo ‘ngerubah’ kesannya emamg utopis banget, kata yang tepat adalah ‘tergugah’ kali ya. Pernah waktu manggung gue bilang kalo kita mesti ngelakuin sesuatu, soalnya manusia ini adalah satu -satunya spesies di muka bumi ini yang bisa menghancurkan dan memelihara bumi pada saat yang bersamaan. Ada orang-orang yang di garis depan teriak ‘udaaah peduli amaaat! Lo nyanyi ajaaa!; Yaa lo boleh nggak peduli tapi besok lo mati karena skin cancer atau daerah lo rusak karena nggak lo nggak pernah jaga ligkungan siapa yang mau disalahin? Yaaah setidanya ada yang denger juga udah cukup bagus…

P!: Kalo berjuang secara nyata perlu nggak?
Perlu banget. Gue sendiri dulu sempet terlibat banyak organisasi politik di kampus, mogokin kampus ampe sepuluh hari, nyekap rktor hehehe. Pokonya, dalam setiap dalam setiap perjuangan, yang lo mesti inget adalah satu, semuanya butuh pengorbanan.Dari yang pertama kali namanya lo pengen berjuang karena tiba-tiba mendapat ‘kesadaran’, sampe akhirnya lo berjuang dan masuk ‘tahanan’, trus nyelonong sampe masuk ‘kuburan’ hahaha…

P!: Lo termasuk orang yang apatis atau orang yang suka memprovokasi orang biar berjuang sekitar sih?
Orang mungkin melihat gue cukup rusuh dan menilai negative dengan segala macem sarkasme gue. Kesannya gue nggak ngeliat adanya suatu harapan untuk negeri ini. Tapi dibalik itu setidaknya gue pengen ngejentikkin sesuatu, bangsa kita tuh kaya, ada yang harus kesentil  biar bangsa kita bangkit. Bayangin aja, di scene underground aja ada 3500 bayaknya di  myspace. Lo bandingin aja sama Malaysia paling gig indie yang nonton Cuma 300 orang, di kita bisa ribuan. Kita punya kekayaan alam tapi pada bego aja gak sadar. Gue bukan preacher, but at least I’m doing something, at least for my own self. Gak usahlah tentang masalah politik, berjuang buat apa yang kita bisa aja deh, misalnya untuk komunitas indie kita yang berpotensi itu, kita punya etos independent, melakukan sesuatu dengan kemampuan sendiri, etos itu aja kalo diterapkan ke segi-segi lain bisa jadi seuatu yang bagus banget…

P!: Gimana komunitas indie bisa ngaruh buat komunitas yang mayor?
Klao dilihat dari sejarah, punk rock itu berawal dari komunitas kecil di Hundred Club, di Manchester City, tapi 30 tahun kemudian yang nonton konser Greenday tu 60.000 orang dikali tiga, 180.000 orang yang terbuka pada music mereka, dan musik mereka itu punya message untuk disampein.Sekecil apapun pasti bisa berpengaruh, U2 juga dulu awalnya dari klab kecil tahun 79, sekarang lihat gimana mereka berpengaruh buat orang-orang. Sesuatu yang gede gak mungkin ada kalo gak ada yang kecil dulu. Lo dulu juga awalnya dari ovum, trus ketemu sperma, sampe akhirnya nyampur dan jadilah seorang elo.. anak yang kurang ajar sama orang tua lo hahahaha…

P!: Ada gak titik dimana lo pengen nyerah dan nggak pengen berjuang lagi?
Ada. Waktu itu ada acara di kampus gue yang namanya ‘Gerilya Musik Underground’. Kita bertekad untuk gak mau pake sponsor tetap yang biasa support kita tiap tahun, karena gue percaya dengan konsep kolektivisme dari punk rock, jadi kita jungkir balik buat dapetin dana. Itu juga skaligus uji coba idealisme gue yang jadi ketua organisasinya pada waktu itu dan ngegugah yang lain buat nunjukin kalo kita bisa keluar dari sistem yang sudah ada. Nahm pas haru H-nya, udah berhasil ngumpulin dana sampe bisa ngundang band darijerman, ada beberapa anak punk rock yag dobrak masuk, minta gratis dan treak-treak tiket yang kita jual kemahalan. Hal itu bukin gue cukup down, dan ngebuat gue pada posisi yang… in the brim of self questioning.. mengenai prinsip yang gue percaya.

P!: Dan jawaban yang lo temukan adalah?
Dulu gue sangat uncompromised about things, hitan itu hitam dan putih itu putih, tapi akhirnya gue ngeliat ke depan ada beberapa ekemen yang emang gak bisa dilihat secara hitam dan putih. Contoh indie label kalo dijalanin sruntulan sok indie juga gak bakal maju, tapi kalo dijalanin pake manajemen yang  professional kayak sistem yang lain, bakalan berjalan dengan sangat maju… Seperti Hopeless Record, Epitaph, dsb, mereka menjalankan idealism mereka , tapi di satu sisi juga gak mau mngorbankan profesionalisme dan kensistensi yang penuh. Gue percaya jalan tengah, Kayak kata Bad Religion “So mani theories so may differences,,,what do we need now is exchange of ideas,f**k lah segala teori, f**k lah semua itu, yang kita butuhin tuh ruang untuk berbagi dan tukeran ide dan pemikiran…

P!: Btw, bagian mana dari tubuh lo yang sering jadi penyelamat hidup lo?
Yang selalu jadi penyelamat hidup gue adalah kepala gue, otak gue, tapi secara bersamaan itu adalah bagian paling sering ngebuat gue terjerumus wahaha dengan segala macam substansi pemenuh kebutuhan syaraf itu… emang orak biangnya. Jadi yang ngancurin dan nyelamertin hidup gue ya otak gue, abu-abu kan jadinya hahaha…

P!: kejahatan yang pengen lo tumpas?
Korupsi man! Itu akar dari segala kejahatan.! Ketika orang bener dipinggirin dan yang salah dipertahankan…

P!: Seandainya lo dibikinin patung berwujud elo sebagai pahlawan di kota ini, patung itu bakalan lo taroh mana dan dalam pose apa?
An***ig hahahaha… ada-ada aja lo…Yak, monumen pelor akan dibuat dalam posisi nungging dalam posisi gue mempelorotkan celana dalam, terus ditaro depan gedung MPR yang emang modelnya kayak pantat itu…jadi pantat gue pantatin…hahahaha…



10 Question
1.       One thing in this world are you addicted to?
Musik
2.       Tiga penemuan paling jenius di dunia ini?
Listrik, mesin uap, telpon
3.       What bores you?
Rutinitas
4.       Ketika situasi gak seperti yang diharapkan, biasanya ngomong apa ke diri sendiri?
Ng8x#0t…!
5.       Tiga hal yang pengen dilakukan sebelum meninggal?
Manggung bareng Bad Religion (nanti saya confirm lagi sama orangnya…), trus menjadikan anarkisme sebagai tatanan dunia baru…calah. Dan bisa jalan-jalan keliling dunia.
6.       What city best describs your personality?
Jakarta… kota yang paling lama gue tinggal dan besar disitu.
7.       What make you like a child again?
Ketika berada di moshpit melepaskan adrenaline dan ngerasa kayak gak ada hari esok! Jarang banget gue rasain lagi di moshpit2 sekarang…
8.       Keputusan ternekad yg pernak dilakukan?
Being a punk rock!
9.       What makes you happy?
Life, untuk bisa hidup dan berada dalam hidup, dan menjalani apa yang gue sukain.
10.   Fill I the blank: I will never…again!
I will never pake kaus kaki busuk again… itu bikin gue kena banyak masalah!   

Sabtu, 07 Januari 2012

menyadari kompleksifitas

Beberapa minggu bahkan bulan ini saya mengalami banyak kebingungan tentang proses menjalani hidup sendiri, pertanyaan yang muncul itu membuat saya berfikir apakah saya harus menjawab dengan persepsi saya apa harus mencari seseorang untuk berbicara atas fase ini. Ataukah ini adalah proses dewasa tersebut? dengan komplksifitas hak dan kewajiban bukan sekedar makan tidur dan meminta. Mungkin ini bisa disebut kewajiban dan juga hak yang dituntut saat anda menginjak fase peralihan pola. Pertanyaan saya apakah kebingungan ini empiris? yang notabene setiap orang menyadari betapa hidup itu tidak se simpel saat kita menunggang roda tiga dan disuap sayur brokoli. Pertemanan, pola pikir, manajemen hidup serasa diajarkan pada saya secara sepihak dengan alur absurd nya. Kesadaran pribadi, percakapan dengan otak kecil, sembribit darah menuju arteri, retorika buku mata saat memasuki area bola mata dan sekresi air mata itu proses nyata. Tuhan mengijinkanku dewasa :)